.quickedit{ display:none; }

Sabtu, 27 Juli 2013

SEJARAH BATU POTONG & AIR TERNATE



Sikap defensif setiap Hena-Hena adalah untuk mempertahankan teritorial mereka masing-masing, yang kemudian lebih dikenal dengan teritorial Hena Muka dan Hona Belakang


Pada tahun 1538 penyerangan besar-besaran oleh Sultan Baabulah, yaitu anak Sultan Hairun dari Ternate dalam upaya menentang kegiatan bangsa Portugis dan sekaligus berusaha menyebar agama Islam di Maluku. Pasukan sultan Baabulah vang dikenal dengan nama "Kalasingko" yang ditugaskan untuk mencegah kegiatan Portugis di pulau Saparua. Sebagian dari pasukan Kalasingko sampai pula ke teritorial Hena Muka yang merupakan daerah kekuasaan dari Huhule, Ampatal, Talehu, dan Amahutai. Terjadilah pertempuran di sebuah bukit yang kemudian dinamakan pertempuran "Batu Potong-Potong" yang dipimpin oleh "Tamaela Umi Haha kapitan Aipassa". Ternyata Hena Muka tidak dapat mengatasi pertempuran dimaksud, maka Hena Muka meminta bantuan Hena Belakang yang terdiri dari Amapuano, Matalete, Apalili, Tahapau dan Sopake yang dipimpin oleh "Tamaela Umi Haha kapitan Louhenapessy". Penugasan dari kapitan Aipassa dalam fungsinya sebagai panglima perang kepada kapitan Louhenapessy untuk mencari tahu seluk beluk kekuatan tentara Kalasingko (Ternate) yang berkedudukan di daerah Batu Potong yang berjarak lebih 4 km dari Huhule.
Kemudian kapitan Louhenapessy membentuk satuan intelejen dengan nama sandi "Kasturi Merah'. Pelambangan wama merah sesuai dengan pelambangan Patasiwa Hitam. Wama ini kemudian dijadikan wama asli bendera Tuhaha (Res Amboina) yang sesuai dengan dokumen Belanda yaitu "Dlaggen van den Post Indischen Archipel. Pengertian dari Sandi Kasturi adalah orang orang yang berani, pandai berbicara, mudah menyusup dan menghilang. Dari catatan pengintaian intelijen menyatakan bahwa kelemahan pasukan Ternate pada air yang digunakan untuk mimun dan mandi. Pada waktu itu mereka sedang santai serta menanggalkan pakaian perangnya yang sangat ampuh. Dari kelalaian tersebut maka pasukan Hena Muka dan Belakang dipimpin oleh Latu Ulisiwa Kapitan Aipassa sebagai panglima perang dengan dibantu oleh kapitan-kapitan dari ke 9 (sembilan) Soa dan malisi-malisinya menghadang dan menghancurkan pasukan Temate di mata air tersebut
Sampai sekarang mata air ini dinamakan "Air Ternate". Sebagai bukti dari peperangan tersebut, masih terdapat hingga sekarang ini sebuah topi perang dari tentara kalasingko (ada pada marga Supusepa).



3 komentar:

  1. Ini versi yg mn??? Klw mngenai kris dr sultan ternate yg tapancang di mt air itu versi mn lg... sory cm ingin tau sj...

    BalasHapus