.quickedit{ display:none; }

Minggu, 14 Juli 2013

Kronologis Perang Alaka II

Pada tanggal 5 Maret 1637 pecah perang Hatuhaha ke 2 yaitu perang antara kerajaan Hatuhaha dengan bangsa Belanda. Dalam perang ini terjadi 4 kali gelombang penyerangan Belanda ke Hatuhaha yaitu :...........
1. Penyerangan Gelombang I, pihak Belanda dipimpin oleh Caan dan Deutekon mendarat di Kabau dengan 8 Kora-kora. Pertempuran terjadi hanya disekitar pantai kabau dan berhasil menduduki daerah territorial kabau
2. Penyerangan gelombang II, ke Kailolo dengan mengerahkan 1016 prajurit terbagi daam 3 kelompok yang dipimpin oleh Major Piere Du Cams. Mereka menyusuri gunung-gunung terjal serta batu-batu karang yang terjal serta berhasil menduduki markas I, II, III di kailolo, dalam pertempuran ini banyak rakyat Kailolo yang menjadi korban serta pembakaran terhadap rumah-rumah rakyat dan meruntuhkan tembok-tembok batu. Sesudah menaklukan kailolo pasukan Belanda kembali mengadakan konsolidasi dan beristirahat semalam di kabau.
3. Penyerangan gelombang III oleh Belanda sudah menuju ke pusat kerajaan Hatuhaha. Pada waktu tu kerajaan Hatuhaha di pimpin Oleh seorang kapitan wanita bernama Monita Latulinya yang mempunyai strategi perang bertahan di lereng-lereng bukit. Mereka menggullingkan batu, kayu batangan dan melempari dengan abu dalam tempurung sehingga pihak Belanda jatuh korban sebanyak 5 orang dan 2 diantaranya tidak dikenal lagi karena hantaman batu dan kayu.
4. Penyerangan gelombang IV oleh Belanda dengan mendatangkan pasukan panah Alifuru sebanyaj 286 orang yang dipimpin oleh Kapitan Sahulau, Sumeit dan Sisiulu. Sedangkan kerajaan Hatuhaha mendapat bantuan dari malisi-malisi yang dipimpin oleh Kapitan Rambatu (seram), kapitan Ririasa (Oma) dan Kapitan Tihulale. Kapitan Tihulale mendatangkan 3 pucuk meriam ke Alaka. Nama ketiga pucuk meriam tersebut adalah Talangkares, Hiriosa dan dangerales, pelurunya dibuat dari buah kelapa yang diisi dengan campuran abu dan bubuk cili / cabe. Kerajaan Ama Hatuhaha mendapat bantuan juga dari Tuhaha sebagai tanda solidaritas pela. Pada tahun 1638 Latu Uli Siwa kapitan Aipassa mengirimkan bantuan malisi-malisi yang diambil dari 7 (tujuh) soa yang ada di Tuhaha dan dipimpin oleh Kapitan Sasabone, Pattipeiluhu dan Polatu, kemudian di susul oleh Latu Uli Siwa kapitan Aipassa, semuanya menuju ke Alaka. Awal pertempuran terjadi setelah Pattikasim bertemu dengan Belanda di Pantai Besi, saat hendak menangkap ikan. Mereka memaksa dia untuk menunjukan jalan menuju Alaka, tetapi dia tidak memberitahu. Kemudian belanda memberi sekarung beras padanya, tetapi karung tersebut telah dilubangi tanpa sepengetahuaannya. Melalui tumpahan beras itulah maka Belanda mengetahui jalan menuju ke pusat kerajaan Alaka. Setelah itu pihak belanda menggunakan jalan ini untuk menyerang kerajaan Alaka, maka terjadilah pertempuran sengit yang banyak memakan korban jiwa dari kedua belah pihak. Kerajaan Alaka dibumihanguskan dan harta berupa porselin dan gong serta 16 kepala manusia dibawa oleh pasukan Alifuru. Pasukan Sisiulu semuanya terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dari kerajaan Hatuhaha yang tewas adalah kapitan Rambatu dan beberapa orang yang terlibat dalam peperangan tersebut.

Dari peristiwa tersebut mereka digelar sebagai pahlawan-pahlawan Alaka seperti yang ditulis oleh Dieter Bartels. Peristiwa ini yang menyebabkan semakin kentalnya hubungan Pela antara Tuhaha dan Hatuhaha Amarima, tetapi pada kenyataannya hanya Rohomoni sendiri yang masih menjalaninya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar